Kamis, 15 Januari 2009

NLP for teachers

Jikalau kita menanyakan kepada beberapa orang guru, "Apa arti mengajar - boleh juga dikatakan mendidik (supaya lebih mempunyai pesan moral) - bagi mereka?" Maka kita akan mendapatkan beragam jawaban.
Benarkah guru sudah mendidik?
Untuk jawaban spontan mungkin IYA.
Tapi simaklah berita di beberapa media yang kita terima. Ada banyak kasus yang seharusnya kalau diakumulasi bisa menjadi fenomena, dimana sosok yang seharusnya dihormati dan disegani justru menempatkan diri mereka pada posisi yang tidak terhormat sehingga mana mungkin disegani.
Peristiwa penghancuran fisik, penistaan kehormatan, perusakan nama baik seseorang yang dilakukan oleh oknum akan dengan cepat tercium oleh para pemburu berita. Sehingga memang kejadian yang kuantitasnya tidak seberapa dibanding dengan banyaknya sekolah dan guru bisa menjadi penghalang bagi kita untuk menjudge bahwa telah terjadi banyak keanehan di dunia pendidikan kita.
Namun...(maaf dah malam besok dilanjutin yaa...)
Bye...

Rabu, 14 Januari 2009

NLP for parenting

Aku 'gak mau diatur lagi Dad...!
That's what my daughter said to me this morning when I tried to wake her up. She didn't want me to disturb her sleep everymorning.
My respond: "Wow what a shocking statement from my dearest girl". Before learning NLP I would yell at her or pinch her lips for saying such a rude word to her beloved father. What I did? I took a deep breath for a few second thinking what is the best way to reframe her way of thinking, framing is one powerful tools in NLP.
Think! Think! Think!
Aha...!
I got it...
Then I ask her what'll happen in the road when there is no traffic jam, there no policeman to put things in order.
What'll happen when there's no teacher in the school, there's no guard in public place.
Well then she start to think that in many places, in many situation there's rule that should be obeyed and there are people who make sure that the rules are working properly.
Yes in the house it is Daddy and Mommy who set up the rule and make sure that the rules is working.
Now she understand why should I wake her up in the morning, why should I ask her to do things in the house.
OK Dad what is the rule for our PETS???

Selasa, 13 Januari 2009

NLP Milik Siapa?

Jikalau kita mengikuti 'penemuan' NLP dan perkembangannya kita mengetahui bahwasanya NLP dikembangkan dan dibidani oleh dua orang Genius yang ingin menggali dan memodel Human Excelences. Mereka adalah Bandler dan Grinder.
Dalam perkembangan selanjutnya, pengembang dan pembelajar NLP tidaklah se-excellent ajaran yang dibawa oleh NLP (maaf ini pendapat pribadi). Karena kenyataannya terjadi 'perpecahan' diantara kedua orang Bapak NLP tadi, dan ini terus berlanjut dengan perselisihan dengan pengembang NLP generasi berikutnya yang memanfaatkan NLP untuk tujuan 'komersial' yang cukup 'vulgar' (dikasih tanda petik karena itu pendapat pribadi dan tidak ada comparasinya).
Karena NLP telah dituangkan dalam banyak buku, dihidangkan dalam banyak seminar, diramu dalam banyak workshop, saat ini telah bertebaranlah orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang NLP.
Sehingga tidak heran juga kalo kemudian lahirlah berbagai macam aliran sebagai pengembangan dari NLP dan mereka memiliki atau lebih tepatnya merasa memiliki suatu keunggulan dari satu dengan yang lainnya walaupun sebenarnya memiliki dasar yang sama. Karena memang sebagian besar kita adalah para orang buta yang diminta untuk mendefinisikan seekor gajah yang sama tapi masing-masing kita memegang bagian tubuh gajah yang berbeda.
Atau mungkin juga sebagian pengembang NLP itu sebenarnya melihat suatu benda yang sama namun dengan kacamata yang berbeda, atau waktu melihat yang berbeda, atau tempat mereka melihat tidak sama.
Dengan pengetahuan dan pemahaman subjektif seseorang tentang NLP merekapun merasa dirinya adalah ahlinya atau pakarnya atau mbahnya atau sebutan lain yang menunjukkan bahwasanya mereka telah khatam dalam mempelajari NLP sehingga menjadi tempat bertanya bagi orang yang ingin tahu, tempat memperoleh kabar bagi yang tengah tersesat.
Bila kita menganggap NLP sebagai sebuah ilmu maka kita tidak bisa mencegah seseorang menyatakan dirinya pakar NLP (minimal menurut dirinya sendiri, walaupun kenyataan kadang mereka tidak menerapkan atau mengasosiasikan diri mereka dengan teknik-teknik maupun presuposi-presuposi yang ada dalam NLP). Namun sayang seribu sayang...
Ternyata NLP tidak sekedar sebuah ilmu yang bisa dengan lengkap tertuang dalam satu dua buku, dia bukanlah sebuah apel yang bisa dihidangkan menjadi segelas jus yang setiap orang dapat dengan mudah membuatnya.
NLP lebih dari itu...
Ia adalah attitude, dia adalah metodology, dia adalah technique, NLP adalah manual sebuah super computer yang tidak akan selesai dipahami hanya dengan membaca.
Fenomena yang penulis temui, ada beberapa teman yang mendefinisikan atau setidak-tidaknya menyimpulkan bahwa NLP adalah ilmu positive thinking (dimana kita menggunakan tepatnya mengarahkan otak kita (neuro system kita) supaya terus menerus berfikir positif sehingga kehidupan kita menjadi positife. (bolehlah...)
Ada juga yang menyimpulkan bahwasanya NLP adalah ilmu Hypnosis (what?)
Ada juga yang menganggap NLP adalah ilmu biasa-biasa aja yang semua orang telah menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari. (wow...)
Beberapa ilustrasi diatas menggambarkan betapa bahayanya bila seseorang memahami NLP hanya melalui buku tanpa adanya sebuah pelatihan yang komprehensive dimana melibatkan banyak sekali praktek menggunakan teknik2 nlp dan mengembangkan presuposisi dalam kehidupan keseharian. Karena memang NLP adalah sebuah metodology dalam menggali dan memodel human excellence dengan berbagai tekhnik dan didukung dengan banyak presuposisi sehingga setiap orang dengan kekuatan dan sumberdaya yang telah mereka miliki mampu menjadi pribadi yang excellent, mampu keluar dari kotak-kotak pemikiran yang selama ini mencekoki mereka, sanggup memecahkan mental block yang selama ini menjadi penghambat kemajuan mereka.
Dan untuk bisa menguasainya kita harus belajar, praktik, being coached, dan berdiskusi alias sharing dung...
Buat kita-kita yang sudah terlanjur berjualan NLP tapi belum pernah duduk dibangku pelatihan NLP semoga lebih terbuka kesadarannya bahwasanya NLP tidak sesimpel yang ada dalam buku. Ingatlah bahwasanya NLP itu seperti ketrampilan menyetir mobil, banyak orang tahu cara menyetir mobil bahkan bisa mengendarai mobil tapi yang boleh mengendarai mobil di jalan raya apalagi membawa penumpang adalah sopir yang sudah mempunyai SIM.
Buat kita-kita yang sudah menjadi pakarnya NLP mari kita praktikkan dalam keseharian kita sehingga apapun yang kita kerjakan bisa membuat kita lebih associated lagi dengan ilmu nlp.

Kamis, 08 Januari 2009

Membumikan NLP

Malam ini saya baru saja kembali dari perjalanan ke Pasamansalah satu kabupaten di utara propinsi sumatera barat. Perjalanan yang panjang dan tentu saja melelahkan karena jalan yang tidak selalu terasa mulus, kedengarannya sudah tidak asing lagi bagi kita ketika menyimak cerita teman atau rekan kita menceritakan pengalaman mereka. Namun yang saya alami hari ini ketika perjalanan yang memakan waktu tidak kurang dari empat jam itu justru sebaliknya.
Sebuah perjalanan panjang, penuh liku, jalan yang tidak selalu datar, tapi saya mendapatkan pendalaman pemahaman akan NLP. Hal ini bisa terjadi karena teman perjalanan tersebut adalah seorang NLP practitioner juga. Kita berbagi cerita tentang banyak hal mengenai NLP, dan karena kita mengikuti NLP Practitioner yang berbeda kita memiliki pengalaman dan pemahaman serta perspektif yang tidak selalu sama dalam memandang hal dalam NLP. Nah disinilah letak serunya...
Diskusi, tukar pikiran dan kadang saling memeta model (nampaknya monster metal model belum hilang dari diri kami masing-masing) menjadikan perjalanan ini penuh makna. Dari diskusi ini kami menemukan beberapa perbedaan perspektif, walaupun tidak terlalu jauh, dari guru kami masing-masing dalam menjelaskan dan membumikan NLP. Dalam perbedaan perspektif itulah kami saling mengisi dan saling melengkapi. Dan akhirnya kami benar-benar merasakan bahwasanya keseharian kita adalah dilingkupi oleh NLP.
Ketika kita bicara pendidikan, proses belajar mengajar, dengan beberapa tools yang kita pelajari dari NLP, maka proses tersebut akan semakin mudah dijalankan lebih banyak membawa perubahan.Ketika kita bicara mengenai parenting, wow...siapa yang menyangkal kekuatan reframing di ranah ini.
Ketika kita bicara tentang proses berfikir, pengambilan keputusan, motivasi dan personal development, betapa banyak tools NLP yang kita bisa gunakan untuk mengembangkannya.
Ketika kita bicara tentang presentasi dan komunikasi bisni, alangkah suksesnya kita kalo menguasai dan menutilize NLP. Dari perjalanan dan diskusi panjang ini, kami semakin menyadari bahwasanya membumikan NLP dan menjadikannya suatu alat dalam menjalani keseharian kita adalah suatu usaha yang terpuji dan mulia.
Salam NLP

Kamis, 01 Januari 2009

Hari Pertama

Hujan sepanjang hari membuat hari pertama di 2009 ini menjadi begitu panjang.
Yaah...
Detik terus berlari ke menit. Menit bergulir menjadi jam. Jam berputar jadilah hari. Hari berganti menggenapkan minggu. Minggu berjalan ke bulan. Bulan merangkak per lahan menuju tahun. Dan tahun2 terus berganti yang semakin mendekatkan kita ke ujung perjalanan kita.
Pertanyaannya bekal apa yang kita siapkan untuk menjelang ujung perjalanan hidup kita yang merupakan awal kehidupan yang abadi. Pertanyaan lainnya adalah akankah jejak langkah kita yang telah kita lewati merupakan torehan tinta emas kehidupan ataukah hanya cetakan jejak kaki di tepi pantai yang akan segera terhapus oleh deburan ombak samudera raya.
Anyway...HAPPY NEW YEAR!!
We have all the resources within us.
Let's make the world as a better place to live.