Selasa, 26 Februari 2013

Tentang Waktu

Dalam beberapa kesempatan kita sering mendengar pembicara yang mengakhiri sesinya dengan meminta maaf "Karena Keterbatasan Waktu". Di kesempatan lain kita juga kerap mendengar ada yang memberi nasehat "Seiring waktu kepedihanmu kan berlalu". Dari dua pernyataan diatas sekilas kita bisa melihat betapa powerfulnya waktu? Sehingga ia bisa membatasi kita bicara dan pada saat lain dia bisa menyembuhkan kita. Adakah waktu begitu menentukan? Dimanakah letak keinginan dan kemampuan kita? Ataukah waktu begitu lemah dan lalainya sehingga bisa disalah-salahkan karena tidak memberi cukup atau tidak memberi yang benar. (Banyak yang mengatakan: Karena waktu kurang waktu; ada juga yang mengatakan: Karena salah waktu). Hmmm...setelah membaca, menyaksikan, dan merasakan sendiri baik pengalaman pribadi maupun pengalaman dari teman dan client, ternyata ada tiga hal yang bisa menggambarkan apa itu waktu, sehingga kita tidak perlu lagi menyalah-nyalahkan ataupun mengkambing hitamkan waktu. Pertama waktu adalah ASET. Setiap orang memiliki waktu yang sama. Seorang pebisnis kaya raya memiliki waktu yang sama dengan seorang pemulung ataupun pengangguran di pojok jalan. Dua puluh empat jam dalam sehari, 60 menit dalam satu jam, dan satu menitnya tetaplah 60 detik. SAMA PERSIS tak lebih tak kurang. Yang membedakan adalah kemampuan dan kesiapan kita memanfaatkan ASET waktu yang kita miliki. Bagaimana kita memanfaatkannya, mengisinya, dan memaksimalkannya itulah yang membedakan orang sukses dan orang yang terbelakang. Seorang pembicara yang lebih siap pasti bisa mengatur seberapa banyak yang perlu ia sampaikan dengan waktu yang disediakan. Kekurangan waktu yang sering jadi alasan sebenarnya karena kelebihan kata yang ingin disampaikan atau lebih tepat ketidakmampuan mengatur mana yang perlu disampaikan mana yang harus dipersingkat. Selain aset, waktu juga adalah RUANG atau ARENA. Kalau dalam pertania bolehlah kita sebut sebagai sawah ataupun ladangnya. Sawah dan ladang yang kosong takkan menghasilkan apa-apa keuali rumput atau bahkan bisa jadi cuma padang sahara. Aktifitas petanilah yang membuat ladang tersebut menghasilkan kesejahteraan. Waktu yang kita miliki adalah ARENA bagi kita untuk bekerja dan berusaha sehingga lebih bernilai guna. Nilai seseorang ditentukan dari seberapa banyak dia bisa menghasilkan dalam waktu yang tersedia. Orang yang duduk santai berleha-leha tentu tak sama dengan yang bekerja. Ada juga orang yang santai tak bekerja tapi tetap menghasilkan, bagaimana bisa? Dia bisa melakukan itu karena dengan usahanya dia bisa mengupah orang lain untuk mengerjakan ladangnya. Pertanyaan lainnya, apakah waktu menyembuhkan kita? TIME HEALS ME? Jawabannya: TIDAK. Waktu tidak menyembuhkan ataupun menyakitkan seseorang. Aktifitas orang tersebutlah yang membuat dia bisa melupakan kepedihan yang dialami, kegiatan dialah yang membuat dia mampu meninggalkan luka derita yang pernah dirasa. Bagaimana kita mengisi waktu itulah yang menyembuhkan. Ketika tangan terluka, organ tubuh kita bekerja bersama untuk mengatasinya dalam rentang waktu tertentu. Jadi bukan waktu yang menyembuhkan luka, tapi organ tubuh kita yang bekerjasama. Yuk maksimalkan waktu dengan kegiatan yang bermanfaat. Salam Happy Family