Sabtu, 29 September 2012

Konsep Diri Bang Napi

Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan berbagi inspirasi untuk teman-teman napi di sebuah lembaga pemasyarakatan di kota Padang. Program sederhana ini bertujuan sangat-sangat mulia yakni berbagi hati disaat mereka berada di titik nadir di garis waktu kehidupan mereka. Bisa jadi saat-saat di lapas ini mereka tersadarkan, tercerahkan, atau bahkan menjadi titik balik kebangkitan di sisa usia mereka. Namun tidak menutup kemungkinan juga buat mereka untuk bahkan menjadi lebih dalam lagi terjerumus di lembah kenistaan. Program "Berbagi Hati Bersama Napi" ini merupakan inisiatif kawan-kawan Dompet Dhuafa dan saya mendapat kehormatan untuk menjadi salah seorang yang mengembangkan konsep serta bentuk kegiatannya. Sejak awal diluncurkan di awal Ramadhan kemarin, program ini terus diperbaiki dan disempurnakan. Setelah jedah cukup lama pasca Idul Fitri, minggu kemarin program ini dimulai kembali dan saya menjadi pemateri pertama. Disamping merefresh yang pernah mereka dapatkan selama Ramadhan, saya menargetkan suatu materi yang bisa menyentuh hati-hati mereka lebih dalam lagi. Materi yang saya bawakan adalah Konsep Diri. Materi dibuka dengan sharing pengalaman masa kecilku yang sederhana namun dengan konsep diri mendorong saya kemudian bisa meraih pendidikan lanjut hingga ke Australia. Beberapa contoh orang-orang sukses dengan konsep diri yang jelaspun menjadi pemikat peserta untuk terus mengikuti program tersebut. Salah satu poin penting dari materi Konsep Diri kemarin adalah "Filosofi Hidup". Fisolosi hidup ditentukan oleh wawasan, dan pengaruh orang yang diidolakan. Ketika ditanyakan siapa saja yang mereka idolakan sebagian besar mereka mengidolakan orang-orang yang secara sosial kemasyarakatan memang bermasalah diantaranya bebeapa artis dan tokoh-tokoh garis keras. (Buat kita staf pengajar di perguruan tinggi bisa kita check siapa saja yang diidolakan oleh mahasiswa kita). Ketika disampaikan betapa masing-masing kita memiliki potensi kebaikan, potensi kesuksesan, potensi kemuliaan, peserta mulai merasakan sebuah pencerahan dan akhirnya mereka pun bisa lebih menyadari apa saja yang membuat mereka harus berada di lapas tersebut. Kepuasan saya sebagai seorang trainer sekaligus seorang therapist terasa ketika melihat wajah-wajah penuh keinsyafan dari para peserta. Setelah acara di tutup, tidak sedikit peserta yang mendatangi pembicara untuk mengucapkan terima kasih dan salah seorangnya berkata: Ternyata filosofi hidup saya selama ini "Ikuti saja kehidupan ini sebagaimana Air" harus dirubah. Yup, karena tidak semua air mengalir ke samudera luas, ada juga air yang berakhir ke comberan bahkan berhenti di septic tank. Kita manusia memiliki kemauan dan kekuatan untuk mengarahkan hidup dan kehidupan kita ke arah yang lebih memberdayakan. Kita manusia bisa menjadi dan harus menjadi orang-orang Sukses dan Mulia. Salam Sukses Mulia...! Follow me in twitter @HasbiParenting

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks for your comments.
May your life fill up with happiness.